Sabtu, 26 November 2022

Ekonomi Menjajah Ilmu Sosial Lain?


Dalam beberapa tahun belakangan muncul pendekatan baru dalam ilmu sosial, yang mulanya berasal dari ilmu ekonomi, kemudian menyebar ke disiplin ilmu sosial yang lain. Pendekatan itu adalah integrasi antara perilaku manusia dengan institusi. Yaitu, pandangan bahwa perilaku manusia dideterminasi oleh preferensi dan kendala yang mereka hadapi, di mana kendala itu disebabkan oleh kondisi institusional. Pendeknya, institusi dianggap sebagai kesepakatan yang membentuk tabiat interaksi manusia. Adapun institusi itu dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis berikut ini:

Pertama, Sistem pengambilan keputusan, yaitu prosedur yang mana dengan prosedur itu keputusan diambil. Di antara sistem pengambilan keputusan itu adalah pasar, demokrasi, hirarki, dan tawar-menawar.  Misalnya, dalam pasar, perilaku sesorang kemungkinan dibatasi oleh pendapatan dan harga.

Kedua, Norma, tradisi, dan aturan perilaku lainnya, yaitu kendala yang berupa preskripsi baik yang ditetapkan secara formal oleh negara maupun preskripsi yang diajarkan oleh agama dan keluarga.

Ketiga, Organisasi, yaitu kendala terhadap ruang perilaku manusia yang disebabkan oleh entitas seperti negara, kelompok kepentingan, birokrasi, perusahaan, organisasi swasta, hingga asosiasi informal. Institusi yang dimaksud adalah institusi aktual bukan ideal, di mana institusi itu bukanlah sesuatu yang terberi kepada manusia, melainkan hasil perilaku manusia itu sendiri. Dan, salah satu tujuan analisis ilmu ekonomi adalah menjelaskan bagaimana institusi aktual itu muncul dan bertahan. Singkatnya, perilaku manusia dipengaruhi oleh institusi, tapi ada dan bertahannya institusi itu harus dapat dijelaskan melalui perilaku manusia.

Sifat Model Perilaku Manusia Dalam Ilmu Ekonomi 

Untuk menjelaskan perilaku manusia diperlukan bantuan lima elemen yang dapat kita sebut sebagai sifat-sifat model ekonomi tentang manusia.

1. Tindakan individu

Prinsip bahwa apa yang terjadi pada tataran sosial harus dijelaskan lewat perilaku individu (methodological individualism). Ini bukan berarti manusia terisolasi, sebaliknya, perilaku manusia hanya bisa dipahami sebagai hasil interaksi dengan manusia lainnya, lingkungan, serta pelbagai institusi. Karenanya, pernyataan semisal "sesuatu secara sosial diinginkan" dianggap tidak relevan, karena "masyarakat" dianggap bukanlah unit perilaku yang dapat memberikan evaluasi.

2. Insentif memengaruhi perilaku 

Prinsip bahwa orang tidak bertindak secara acak, melainkan bereaksi secara sistematis dan dapat diprediksi dalam mempertimbangkan kemungkinan tindakan yang akan lebih menguntungkan atau lebih merugikan. Manusia memiliki kemampuan mencari dan menemukan solusi, tetapi dengan informasi yang terbatas. Mereka membentuk harapan tentang masa depan, serta membandingkan kelebihan dan kekurangan dari kemungkinan tindakan yang tersedia bagi mereka. 

3. Insentif dihasilkan oleh Preferensi dan Kendala, yang mana keduanya dibedakan secara ketat

Prinsip ini menyatakan bahwa tindakan manusia dipengaruhi oleh insentif yang dihasilkan oleh preferensi dan kendala. Di mana, dalam analisis ilmu ekonomi, preferensi dan kendala ini dibedakan seara ketat. Misalnya, terjadi peningkatan kecenderungan membeli mobil dengan ukuran yang lebih kecil. Kita mungkin bisa mengatakan bahwa telah terjadi pergeseran preferensi yang memberi nilai lebih pada mobil kecil, misalnya karena mengikuti nilai etika pasca industri. 

Tapi, pernyataan semacam ini tidak dapat diuji secara empiris. Sebaliknya, kita bisa mengatakan bahwa telah terjadi perubahan preferensi karena perilaku manusia telah berubah. Pernyataan yang terakhir ini memang bisa diuji secara empiris, tapi tidak bermakna. Karena, tidak menghasilkan pengetahuan baru.

Adapun, ketika menghadapi fenomena seperti itu, ilmu ekonomi akan mengaitkan peluang tindakan yang tersedia bagi seseorang dengan perubahan kendala yang teramati secara empiris. Misalnya, ilmu ekonomi akan menjelaskan bahwa peningkatan kecenderungan membeli mobil dengan ukuran lebih kecil terjadi dikarenakan adanya perubahan kendala berupa kenaikan harga BBM, sehingga orang lebih memilih membeli mobil kecil yang lebih irit. Singkatnya, ilmu ekonomi tidak menyandarkan analisisnya pada perubahan preferensi nilai yang non empiris, tapi pada perubahan kendala yang dapat diamati secara empiris.

4. Individu mengejar kepentingan mereka sendiri dan umumnya berperilaku egois

Asumsi ini sekilas tampak negatif, padahal sederhanya, tidak mungkin setiap orang selalu bertindak murah hati terhadap orang lain. Begitu sebaliknya, tidak mungkin setiap orang selalu berusaha untuk menyakiti orang lain. Keduanya itu, tentu tidak realistis. Asumsi perilaku egois mengambil posisi tengah-tengah. Gampangnya, perilaku egois dapat diartikan sebagai prinsip yang menganggap manusia bertindak demi keuntungannya sendiri.

5. Kendala menentukan sekumpulan kemungkinan yang dimiliki manusia, di mana kendala itu kebanyakan dihasilkan oleh institusi.

Ada tiga kendala yang sangat penting: (1) Pendapatan pribadi, meliputi harta dan kemungkinan mendapatkan kredit. (2) Harga relatif untuk barang dan jasa. (3) Waktu yang dibutuhkan untuk konsumsi dan beraktivitas. Kendala pertama dan kedua menentukan pendapatan riil seseorang. Sedangkan, kendala ketiga menentukan pendapatan pribadi. Misalnya, seseorang yang ingin meningkatkan pendapatannya, maka ia harus mengurangi waktu santai dan istirahat.

Hukum Permintaan 

Dengan kelima elemen ini kita dapat menurunkan hukum umum permintaan. Hukum permintaan menyatakan jika harga relatif suatu barang naik, maka permintaan akan barang tersebut menjadi lebih sedikit. Hukum ini didasarkan pada prinsip substitusi marjinal. Di mana, kenaikan harga relatif tidak memicu perubahan perilaku secara total dan tiba-tiba, melainkan hanya sedikit atau banyak penyesuaian untuk mengubah kelangkaan. 

Selain itu, hukum permintaan juga didasarkan pada prinsip ceteris paribus. Di mana, pengaruh faktor-faktor lain pada permintaan dianggap tetap, sehingga harus diperhitungkan secara terpisah. Misalnya, peningkatan kecenderungan membeli mobil yang lebih kecil yang dikendalai oleh kenaikan harga BBM tidak akan terjadi, jika tingkat pendapatan naik.

Perbedaan dengan Ilmu Sosial Lain dalam Memandang Manusia

Model perilaku manusia dalam ilmu sosiologi, politik, dan hukum, sangat berbeda dengan model perilaku manusia dalam ilmu ekonomi. Di mana, dalam ilmu-ilmu tersebut, perilaku manusia diasumsikan ditentukan oleh faktor moral dan sosial melalui proses sosialisasi dan internalisasi. 

Misalnya, model perilaku homo sociologicus yang terdiri dari prinsip: (1) Perilaku manusia ditentukan oleh masyarakat, masyarakat merupakan entitas di mana perilaku seseorang berasal. (2) Orang bertindak dalam peran. Pada dasarnya, masyarakat terdiri dari jaringan norma perilaku, sistem peran memicu harapan perilaku yang memungkinkan koeksistensi, dan Penyimpangan peran hanya mungkin jika sosialisasi tidak mencukupi. (3) Penyimpangan perilaku mendapat hukuman dari masyarakat. Hukuman, terutama di masa muda dan di dalam keluarga, berfungsi untuk memperkuat dan melengkapi sosialisasi

Model homo sosiologicus tersebut tidak dikaitkan dengan kekuatan yang memungkinkan manusia untuk belajar dan menemukan solusi sendiri. Kendala hanya ditetapkan oleh sanksi dan harapan peran orang lain, bukan oleh pendapatan, harga, waktu, faktor fisik dan psikis, seperti dalam ilmu ekonomi. Akibatnya, faktor kelangkaan menjadi kurang diperhatikan. 

Menurut berbagai penelitian empiris, dalam kondisi di mana pendapatan, harga relatif, dan kelangkaan waktu membatasi perilaku manusia sampai batas tertentu, pendekatan ekonomi terbukti lebih unggul dari pendekatan sosiologi.

Kendati demikian, ilmu ekonomi tentu juga bisa belajar dari sosiologi. Khususnya untuk memasukkan berbagai macam nilai, keinginan, dan norma yang terinternalisasi, serta aspek persepsi yang ditransmisikan oleh proses sosial ke dalam pendekatan ekonomi.

Keputusan manusia dibagi menjadi beberapa aspek parsial, sehingga ada keterbatasan jumlah informasi maupun upaya psikis. Misalnya, seseorang ingin mencapai suatu tujuan dan puas jika tujuan itu tercapai, dalam kasus ini tidak terjadi maksimalisasi. Konsep rasionalitas terbatas dan kepuasan tidak boleh ditafsirkan sebagai maksimalisasi yang tunduk pada kendala tambahan dalam bentuk informasi yang tidak lengkap. "Rasionalitas" tidak berhubungan dengan hasil tindakan tetapi lebih pada bagaimana orang bertindak, yaitu, mengacu pada proses kognitif.

Jenis interdisipliner yang diperjuangkan dalam tulisan ini adalah aplikasi pemikiran ekonomi untuk bermacam-macam topik. Bukan interdisipliner dalam arti campuran pendekatan metodologis dari berbagai ilmu. Yang mana, interdispliner semacam itu hanya akan menghasilkan eksposisi jurnalistik, bukan analisis ilmiah.

Kedua pandangan tentang manusia memiliki kekuatannya masing-masing: ekonomi lebih menjelaskan perubahan perilaku manusia, sedangkan sosiologi menjelaskan tingkat yang ada secara historis. Misalnya, dalam kasus partisipasi pemungutan suara, ekonom berkonsentrasi untuk menjelaskan mengapa pada saat tertentu partisipasi lebih tinggi atau lebih rendah dari rata-rata, sedangkan sosiolog mencoba menjelaskan partisipasi rata-rata.

Sumber dan Varian Model Perilaku Manusia

Pendekatan ekonomi terhadap tindakan manusia telah diutarakan oleh penulis klasik seperti Adam Smith (1776). Individualisme metodologis, keyakinan akan adanya hukum (orientasi nomologis), keegoisan sebagai suatu insentif yang krusial, pentingnya kendala (kelangkaan sarana), dan relevansi institusi untuk memandu perilaku manusia, semuanya dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan para ekonom klasik.

Sejauh ini, tidak ada nama unik untuk "pandangan ekonomi tentang dunia" ini. Tergantung pada aspek apa yang ditekankan, misalnya: "The Economic Approach to Human Behavior" (Becker 1976); "The New World of Economics" (McKenzie and Tullock 1975; Kirchgassner 1988); "Non-Market Economics" (Tullock 1991); "New Political Economy" (Bombach 1977178; Boettcher 1983; Lindenberg 1985a); "Comparative Analysis of Institutions" (Frey 1990); "Institutional Choice" (Schenk 1983, 1988), atau "New Institutionalism" (Coase 1984; Furubotn and Richter 1984; Williamson 1986).

Sedangkan, dalam sosiologi, istilah "pendekatan pilihan rasional" lebih dominan digunakan, adapun dalam ilmu politik, terutama di Amerika Serikat, lebih banyak digunakan istilah “teori ekonomi politik” dan “pilihan publik”.

Rasionalitas, Maksimalisasi Utilitas, dan Bertahan Hidup

Untuk memahami seperti apa manusia dalam pandangan ilmu ekonomi, diperlukan pembahasan mengenai dua aspek yang sangat kontroversial berikut ini.

1. Rasionalitas dan maksimalisasi utilitas

Perilaku rasional bukanlah tujuan, melainkan sarana. Seorang aktor rasional, harus berperilaku konsisten secara internal. Umumnya, rasionalitas dipahami sebagai pengejaran yang masuk akal akan kepentingan diri sendiri. Ini adalah model homo economicus. Sedangkan, beberapa penulis berasumsi bahwa pemaksimalan utilitas tunduk pada kendala yang disuguhkan oleh lingkungan. Namun, ternyata model maksimalisasi utilitas yang ketat tidak diperlukan untuk menurunkan (sebagian besar) teori dan proposisi yang dapat diuji secara empiris, kecuali dalam rangka merumuskan formulasi matematika.

Namun, penjelasan tentang perilaku manusia tidak didasarkan pada asumsi maksimalisasi utilitas, melainkan pada lima karakteristik yang telah disinggung sebelumnya: individualisme, reaksi sistematis terhadap insentif, perbedaan antara preferensi dan kendala, di mana perubahan kendala menentukan perubahan perilaku, egoisme, dan peran institusi. Pendekatan ini sesuai dengan "rasionalitas terbatas". 

2. Rasionalitas dan bertahan hidup

Sampai batas tertentu, manusia dipaksa bertindak rasional, jika tidak, mereka akan tereliminasi dalam persaingan atau bangkrut.  Menurut pandangan Darwinian ini, orang tidak memilih untuk bertindak secara rasional, melainkan lingkungan sosial yang hanya mentolerir rasionalitas. Namun, analogi seleksi alam dalam biologi seharusnya tidak ditarik terlalu jauh karena konsepnya sama sekali tidak jelas.

Aplikasi Cara Pandang Ekonomi Ekonomi

Buku teks ekonomi mikro ortodoks yang membahas perilaku orang sebagai konsumen dan sebagai produsen (perusahaan) seringkali didasarkan pada model yang disederhanakan. Orang-orang mendapat informasi lengkap, semua transaksi gratis, dan alternatif terbaik adalah ditemukan tanpa usaha, biaya, dan dalam waktu yang sangat singkat. Seolah urusan ekonomi berlangsung dalam ruang hampa. 

Akibatnya ini jenis ekonomi mikro ortodoks hanya dapat berkontribusi secara terbatas terhadap pemahaman tentang masalah masa kini. Begitu juga dengan ekonomi makro yang mengasumsikan orang mempertimbangkan semua informasi yang relevan dalam memutuskan tindakan untuk memaksimalkan utilitas mereka. Keduanya akan mendapat manfaat yang besar jika mengadopsi pandangan yang lebih realistik tentang manusia, terkhusus jika mengadopsi pengaruh institusi dalam analisnya.

Bidang Lain

Cara pandang ekonomi juga diaplikasikan dalam bidang lain, dalam bidang sejarah misalnya, menjelaskan bagaimana dan mengapa tahanan perang diperlakukan sangat berbeda dalam waktu yang berbeda. Atau dalam politik, menjelaskan bagaimana peran factor pengangguran terhadap jatuhnya Republik Weimar dan bangkitnya Sosialisme Nasional di Jerman.

Interdisiplinitas dan Paradigma Ilmu Sosial

Interdisipliner tidak mengacu pada metode ilmiah tapi pada topik. Penggunaan pendekatan tunggal memungkinkan untuk melihat bagian-bagian masyarakat yang berbeda dari satu sudut pandang. Ilmu-ilmu sosial tidak lagi dibedakan menurut bidang aplikasinya yang dominan, khususnya ekonomi tidak lagi dibatasi untuk mempelajari ekonomi. Pendekatan yang menjelaskan perubahan perilaku manusia pada perubahan kendala menjadi paradigma umum ilmu sosial. Meski tidak menutup kemungkinan pendekatan ilmu lain juga dapat diterapkan dalam ekonomi, contohnya adalah kemunculan disiplin "ekonomi sosiologi".

Bagaimana Pendekatan Ekonomi Telah Diterima dalam Ilmu Lain

Penerapan pendekatan ekonomi pada bidang ilmu lain, misalnya ekonomi seni, dianggap oleh beberapa orang sebagai "imperialisme ekonomi", sehingga harus ditolak. Namun, "imperialisme" yang sama, yang dilakukan oleh ilmu-ilmu sosial lain ternyata dapat diterima, seperti misalnya sosiologi seni, psikologi seni, dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa masalahnya tidak terletak pada imperialisme seperti yang dituduhkan, melainkan dalam cara berpikir para ekonom.

Pendekatan ekonomi dalam ilmu politik kurang diterima di Eropa, tapi diterima dengan baik di Amerika Serikat. Teori ekonomi politik, atau pilihan publik misalnya, sekarang telah diterima sebagai varian yang penting dari ilmu Politik. Sementara, dalam sosiologi hal itu kurang terjadi, di mana pendekatan pilihan rasional hanya diterapkan oleh sekelompok kecil sarjana. Dalam bidang hukum, pendekatan ekonomi mendapat tempat yang bagus di Amerika Serikat, salah satu contohnya adalah kemunculan analisis ekonomi hukum. Dalam psikologi ada yang mencoba memperkenalkan pendekatan ekonomi dalam psikologi, tapi kurang dikenal. Sedangkan, dalam bidang sejarah dan seni hampir sepenuhnya tidak diketahui apakah pendekatan ekonomi diterapkan dalam bidang tersebut.

—Disadur secara bebas dari tulisan Bruno S. Frey yang berjudul Economics as a Social Science: Approach, Applications and Interdisciplinarity.


Share:

0 comments:

Posting Komentar